"DARI SEKIAN BANYAK RAJA-RAJA
KERAJAAN MAJAPAHIT RAYA,
TERNYATA GENERASI PENE-
RUSNYA YANG MUNCUL
DALAM KISAH KESEJA-
RAHAN PADA ABAD
PERTENGAHAN
HANYALAH
DARI DUA
RAJA
SAJA".

Kerajaan Majapahit Raya yang megah dan termasyur itu setelah runtuh menyisakan estafet kesinambungan kekuasaan, yang justru satu sama lain saling meruntuhkan. Setelah gugurnya raja terakhir Sang mokta ring kadaton i caka 1400 yang mangkat pada Th. 1478 M, yang tak lain adalah Dyah Suraprabhawa, alias Giripati Prasuta Bhupati Ketubhuta (Prasasti Pamintihan Th.1473 M), alias Singawikramawardhana alias Bhre Tumapel (Prasasti Waringin Pitu alias Prasasti Suradakan Th.1447 M) yg memerintah dari Th. 1466-1478 M , setelah Dyah Suraprabhawa gugur maka timbul Kerajaan Demak, kemudian disusul Kerajaan Pajang dan kemudian Kerajaan Mataram Islam.
Ketiga pendiri kerajaan tersebut adalah keturunan dari Dyah Suraprabhawa, Sri Singawikramawardhana.
Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah putra ke 13 (tigabelas) yang terlahir dari Putri Cina. Setelah Demak runtuh disusul dengan timbulnya Kerajaan Pajang oleh Jaka Tingkir, Jaka Tingkir ini adalah putra dari Kebo Kenanga dan Kebo Kenanga adalah putra dari Jaka Sangara alias Pangeran Handayaningrat, Adipati Pengging. Isteri beliau adalah Putri Pembayun, Putri dari Raja Majapahit terakhir yang terlahir dari Putri Campa. Putri Pembayun ini adalah anak sulung dari Raja Kerajaan Majapahit terakhir.
Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah putra ke 13 (tigabelas) yang terlahir dari Putri Cina. Setelah Demak runtuh disusul dengan timbulnya Kerajaan Pajang oleh Jaka Tingkir, Jaka Tingkir ini adalah putra dari Kebo Kenanga dan Kebo Kenanga adalah putra dari Jaka Sangara alias Pangeran Handayaningrat, Adipati Pengging. Isteri beliau adalah Putri Pembayun, Putri dari Raja Majapahit terakhir yang terlahir dari Putri Campa. Putri Pembayun ini adalah anak sulung dari Raja Kerajaan Majapahit terakhir.
Setelah Kerajaan Pajang runtuh, timbul Kerajaan Mataram Islam yang didirikan oleh Raden Sutawijaya alias Panembahan Senopati.
Raden Sutawijaya itu adalah putra dari Ki Gede Pemanahan. Sedang Ki Ageng Pemanahan adalah Canggah dari Raden Bondan Kejawan alias Raden Lembu Peteng. Beliau adalah putra yang ke 14 (empatbelas) dari raja terakhir Kerajaan Majapahit. Beliau terlahir dari Putri Wandan yang berasal dari Nusantara Timur.
Raden Bondan Kejawan disebut juga Ki Ageng Tarub Anom , karena Putri dari Ki Ageng Tarub Sepuh yaitu Dewi Nawangsih dinikah oleh Raden Bondan Kejawan. Setelah Ki Ageng Tarub Sepuh meninggal, digantikan oleh Raden Bondan Kejawan dengan jejuluk Ki Ageng Tarub Anom.
Raden Sutawijaya itu adalah putra dari Ki Gede Pemanahan. Sedang Ki Ageng Pemanahan adalah Canggah dari Raden Bondan Kejawan alias Raden Lembu Peteng. Beliau adalah putra yang ke 14 (empatbelas) dari raja terakhir Kerajaan Majapahit. Beliau terlahir dari Putri Wandan yang berasal dari Nusantara Timur.
Raden Bondan Kejawan disebut juga Ki Ageng Tarub Anom , karena Putri dari Ki Ageng Tarub Sepuh yaitu Dewi Nawangsih dinikah oleh Raden Bondan Kejawan. Setelah Ki Ageng Tarub Sepuh meninggal, digantikan oleh Raden Bondan Kejawan dengan jejuluk Ki Ageng Tarub Anom.
Berikut silsilah dari Raden Sutawijaya alias Panembahan Senopati :
Dyah Suraprabhawa alias Singawikramawardhana berputra Raden Bondan Kejawan (Putra yang ke 14), Raden Bondan Kejawan berputra Ki Getas Pandawa, berputra Ki Ageng Sela, berputra Ki Ageng Enis, berputra Ki Gede Pemanahan, berputra Raden Sutawijaya.
Dyah Suraprabhawa alias Singawikramawardhana berputra Raden Bondan Kejawan (Putra yang ke 14), Raden Bondan Kejawan berputra Ki Getas Pandawa, berputra Ki Ageng Sela, berputra Ki Ageng Enis, berputra Ki Gede Pemanahan, berputra Raden Sutawijaya.
Selanjutnya siapakah Raja Majapahit lainnya yang generasi penerusnya muncul dalam kisah kesejarahan pada Abad Pertengahan?
Adalah Bhre Wengker alias Girisawardhana Dyah Suryawikrama alias Hyang Purwawisesa yang memerintah dari TH.1456-1466 M. (Prasasti Waringin Pitu alias Prasasti Suradakan Th.1447 M).
Lalu timbul pertanyaan siapakah generasi penerus dari Hyang Purwawisesa tersebut, tak lain dan tak bukan adalah Ki Ageng Giring, sahabat dari Ki Gede Pemanahan.
Adalah Bhre Wengker alias Girisawardhana Dyah Suryawikrama alias Hyang Purwawisesa yang memerintah dari TH.1456-1466 M. (Prasasti Waringin Pitu alias Prasasti Suradakan Th.1447 M).
Lalu timbul pertanyaan siapakah generasi penerus dari Hyang Purwawisesa tersebut, tak lain dan tak bukan adalah Ki Ageng Giring, sahabat dari Ki Gede Pemanahan.
Ki Ageng Giring inilah yang semestinya menurunkan raja-raja di tansh Jawa setelah runtuhnya Kerajaan Pajang, seandainya air kelapa yang disimpan oleh beliau tidak serta merta diminum oleh Ki Gede Pemanahan. Karena dalam mimpinya Ki Ageng Giring dikatakan bahwa barang siapa yang meminum buah kelapa muda (degan) yang berbuah cuma satu, maka kelak keturunannya bakal memerintah tanah Jawa. Sayangnya air kelapa muda (dengan) itu diminum oleh Ki Gede Pemanahan yang waktu itu dalam perjalanannya mampir =Jawa (singgah sebentar) ke rumah Ki Ageng Mangir. (Babad Tanah Jawa).
Berikut silsilah Ki Ageng Giring :
Hyang Purwawisesa punya anak Putri Rara Mandi, nikah dengan Arya Pandaya. Berputra Ki Ageng Wuking Sepuh=Jawa (senior/tua), berputra Ki Ageng Wuking Anom=Jawa (yunior/muda), berputra Ki Ageng Giring.
Hyang Purwawisesa punya anak Putri Rara Mandi, nikah dengan Arya Pandaya. Berputra Ki Ageng Wuking Sepuh=Jawa (senior/tua), berputra Ki Ageng Wuking Anom=Jawa (yunior/muda), berputra Ki Ageng Giring.
Dengan demikian hanya ada dua raja yang teridentifikasi generasi penerusnya muncul dalam kisah kesejarahan Nusantara di Abad Pertengahan. Selebihnya tidak ada sama sekali muncul. Dari paparan ulasan tersebut, maka dapatlah di simpulkan bahwa yang mewarisi kekuasaan Kerajaan Majapahit adalah generasi penerus dari Dyah Suraprabhawa dan Hyang Purwawisesa.
Demikian ulasan singkat mengenai generasi penerus dari Raja Majapahit yang muncul pada Abad Pertengahan, semoga bermanfaat bagi qta semua.
Salam Rahayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar